Pakaian Adat Suku Asmat, Papua
Pakaian adat suku Asmat berupa "rok mini" dan cawat sebagai penutup bagian aurat (kemaluan) laki-laki dan perempuan. Laki-laki asmat mengenakan rumbai-rumbai semacam rok mini yang disebut pummi. Rok mini ini terbuat dari anyaman daun sagu yang diberi penahan (asemen) dan ikat pinggang dari rotan. Tutup kepalanya disebut kasuomer. Tutup kepala ini dibuat dari anyaman daun sagu dan akar kayu yang diberi hiasan dari bulu burung kasuari atau cendrawasih. Perlengkapan lainnya yaitu kalung (tisen pe) dari biji pohon tisen dan gelang pada pangkal lengan (sof betan). Pada sof betan lengan kanan terselip pesuwe yaitu semacam pisau belati yang terbuat dari tulang burung kasuari.
Kaum perempuan suku Asmat mengenakan tok yaitu semacam cawat yang terbuat dari anyaman daun sagu. Tok merupakan pummi yang rumbai-rumbai bagian depannya dikumpulkan, lalu ditarik kebelakang melalui celah paha sehingga mirip cawat. Sebagai penutup dada, perempuan Asmat mengenakan semacam kutang. Kutang itu terbuat dari daun sagu yang disebut peni atau samsur. Sebagai pengikatnya terbuat dari akar pandan yang disebut tali bow.
Sumber : Various sources from Search Google Image Indonesia. |
Hal yang tidak ketinggalan dari suku Asmat adalah rias tubuh (wasse mbi). Rias tubuh itu berupa gambar corak hias garis sejajar atau lurus yang sangat impresif diseluruh tubuh, baik laki-laki maupun perempuan Asmat. Rias tubuh ini lebih banyak dilakukan ketika sedang melaksanakan upacara adat. Komposisi warnanya terdiri atas warna merah, putih, hitam, dan hijau dengan latar kulit yang gelap mengkilat. Sebuah perpaduan yang semakin membuat tampak garang dan berwibawa.
Pakaian Adat Suku Dani, Papua
Pakaian jenis koteka dikenakan oleh suku pedalaman,seperti suku Dani, suku Yali, dan suku Lani. Koteka yang juga disebut holim dibuat dari kulit buah labu (kalabasah) yang dikeringkan dan dibuang isinya. Ada dua jenis koteka, yaitu holim kecil (halus), dan holim pendek besar. Saat dikenakan koteka diikatkan ke pinggang dengan tali halus agar tidak jatuh. Sebagai hiasan kadang ujung holim ada yang diberi hiasan bulu burung atau bulu ayam.
Selain mengenakan koteka, laki-laki suku Dani mengenakan swesi (topi bulat dari bulu burung), siloki inon, topi dari bulu kus-kus hitam, sekan (anyaman rotan pada lengan dan pergelangan tangan), walimo (hiasan dada semacam dasi terbuat dari anyaman kulit kayu), wam maik(aksesoris dari taring babi), wali moken (kulit kerang yang diikat pada dahi), cipat (kalung penangkal guna-guna), serta senjata berupa wayeske (panah dan busur), sege (tombak panjang), dan mul (perisai dari anyaman rotan).
Sementara itu pakaian adat suku bangsa Yali hampir sama. Hanya saja laki-laki suku bangsa Yali mengenakan lilitan rotan yang menyerupai rok. Inilah ciri khas dari pakaian adat suku bangsa Yali yang tinggal berdampingan dengan suku bangsa Dani di lembah Baliem.
Sumber : Various sources from Search Google Image Indonesia. |
Kaum perempuan suku Dani mengenakan semacam rok yang disebut yokal. Rok ini terbuat dari serat kayu wam yang dipintal dengan rapi. Biasanya rok ini berwarna hitam, kuning dan kemerah-merahan. Warna warni ini berasal dari getah kulit atau bunga anggrek. Para gadis suku Dani memakai rok yang disebut sali. Rok ini terbuat dari bahan serat kem atau sejenis daun pandan. Cara memakainya dengan dililitkan seputar pinggang dan disimpulkan bagian perut.
Untuk aksesoris pakaian, perempuan suku Dani mengenakan hiasan kepala, gelang dari rotan pada lengan dan pergelangan tangan (sekan), dan tas dari serat kulit kayu (noken). Tidak lupa memakai ragam hias tubuh yang berupa corak simetris disekujur tubuh. Warna ragam hias yang dominan yaitu warna putih yang terbuat dari tanah putih (kapur) dicampur air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar